Selasa, 28 Desember 2010

Indonesia Masih Bisa

“Football is an unpredictable thing.. Some results will make you shock, but that’s the thing that makes it passionate, the mystery in it”

Kekalahan Indonesia dari Malaysia di stadion Bukit Jalil dua hari yg lalu, bagai sebuah tamparan keras bagi bangsa Indonesia. Tidak hanya seluruh punggawa tim nasional yg terkejut, akan tetapi seluruh pendukung merah-putih pun saya yakin juga masih merasa tidak percaya dengan hasil minor tersebut..
Di tengah optimisme akan kebangkitan persepakbolaan kita yg begitu melambung tinggi, kekalahan telak tersebut bak sebuah petir di siang bolong. Sebuah dentuman keras, yg seakan membangunkan kita dari sebuah mimpi indah di siang hari. Sebuah kekalahan memang akan selalu mengintai dalam setiap pertandingan, akan tetapi dengan skor 0:3 melawan Malaysia..?? tentu tidak pernah terlintas dalam benak saya untuk saat ini..

Ketika itu, suasana di ruang ganti tampak berbeda 180 derajat dari 5 pertandingan yg telah kita lewati sebelumnya. Semua pemain nampak tertunduk lesu memandangi lantai ruang ganti yg basah dan kotor oleh tanah dan rumput lapangan. Keceriaan dan teriakan kemenangan itu tidak terdengar lagi, yg samar-samar terdengar hanyalah suara hembusan napas panjang dan decakan penyesalan yg keluar para pemain yg masih nampak setengah tidak percaya..

Raut muka si Opa (begitulah kami biasa memanggil Alfred Riedl) masih nampak dingin dan tenang seperti biasa, Riedl memang sebuah pribadi yg selalu terlihat tenang, dingin dan sangat fokus dalam apapun keadaannya. Sebuah kalimat keluar dari mulut Riedl saat itu, “Hey,, saya tidak ingin melihat kalian semua berjalan tertunduk saat keluar dari ruangan ini. Malam ini kita memang tidak bermain baik, akan tetapi perjuangan ini masih belum selesai dan kalian semua harus ingat itu..!!”..

Sesaat sebelum memimpin doa penutup, saya meminta waktu kepada Riedl untuk berbicara di depan semua pemain. Dengan setengah berteriak saya berkata “Rekan-rekan kekalahan ini harus berhenti di ruangan ini. Kita tidak memerlukan pembahasan yg lebih panjang mengenai apa yg terjadi malam ini, tidak ada saling menyalahkan tentang apa yg terjadi di lapangan tadi. Kita menang bersama-sama dan sudah seharusnya kita juga kalah bersama-sama”. Saat itu saya memberikan semangat dengan bertepuk tangan, yg seketika disambut dengan tepukan dari semua yg berada dalam ruangan tersebut sambil berteriak, ayooooo…!!!..
Dalam sebuah pertandingan sepakbola. Setiap kemenangan akan membuat kita menjadi lebih percaya diri dan lebih baik sebagai sebuah tim. Akan tetapi setiap kekalahan juga mampu membuat kita menjadi lebih dewasa dan kebih kuat, jika kita mampu menyikapinya dengan cara yg bijaksana. Akan selalu ada pelajaran yg dapat kita petik dalam setiap kekalahan..

Dan lebih daripada itu, bukankan kita masih mempunyai satu pertandingan final lagi di Jakarta. Dimana kita akan bermain di depan kurang lebih 80 ribu pendukung garuda yg sangat fanatik dan militan. Tempat dimana kita (Dalam 5 pertandingan terakhir), selalu mampu menghadirkan kegembiraan bagi pendukung merah-putih di seluruh pelosok negeri. Jadi sangat tidak beralasan dan kurang bertanggung jawab rasanya, jika saat ini kita tertunduk lesu dan patah semangat..
Kita tentu masih ingat saat partai final UCL di tahun 2004, ketika sebuah tim bernama Liverpool mampu menyarangkan 3 gol ke gawang Nelson de Jesus Silva (Dida) hanya dalam waktu 45 menit. Sehingga memaksa AC Milan menjalani perpanjangan waktu 2 x 15 menit, dan akhirnya harus menyerah melalui adu tendangan pinalty…

Beberapa waktu yg lalu kita juga disuguhi sebuah kejadian yg terkesan janggal. Ketika tim sekelas Real Madrid dengan sederet bintang-bintangnya serta pelatih sekaliber Jose Mourinho, harus tersungkur oleh kedigdayaan Barcelona dengan skor 5:0 di Camp Nou. Hal tersebut membuktikan jika sepakbola itu penuh dengan misteri, dan akan selalu demikian sampai kapanpun..
Indonesia memang sangat jauh dari gambaran kekuatan Liverpool maupun Barcelona. Akan tetapi saya juga sangat yakin jika Malaysia tidak sekuat dan setangguh AC Milan ataupun Real Madrid. Sehingga kemungkinan bagi kita (Indonesia) untuk dapat memukul Malaysia dengan skor telak di Gelora Bung Karno, juga masih sangat terbuka lebar…

Beberapa contoh diatas, adalah gambaran magis dari sebuah olahraga bernama sepakbola. Dimana dalam setiap menit atau bahkan detiknya penuh dengan kejutan dan kejadian-kejadian yg sarat akan emosi. Sepakbola, akan selalu dikelilingi dengan misteri-misteri yg terkadang susah di mengerti dengan hanya sekedar akal sehat. Dan hal-hal tersebutlah yg sebenarnya membuat olahraga ini menjadi sangat menggairahkan..

Maka, sangat beralasan rasanya jika setelah kekalahan 0:3 dari Malaysia tersebut, keesokan harinya saya berteriak dengan lantang melalui corong akun twitter saya sebagai berikut:

@bepe20: Bukankah masih ada 90 menit lagi di Jakarta kawan-kawan.. Tetap Semangat…!!! #Indonesiamasihbisa

Terus berusaha keras, adalah jalan satu-satunya yg harus kita tempuh pada tgl 29 desember nanti, di Stadion Utama Gelora Bung Karno.“Karena dengan berhenti berusaha, maka kita tidak lebih baik dari seorang pengecut”. Dan apapun hasil dari pertandingan leg kedua nanti, mari kita pastikan jika kita telah mengeluarkan semua kemampuan terbaik kita untuk coba memenangkan pertandingan tersebut. Karena kesempatan ini tidak akan datang dua kali kawan, iya tidak akan datang dua kali..
Selamat berjuang untuk kita semua. Ini adalah final ke 4, setelah pada 3 final sebelumnya kita selalu gagal. Mari kita satukan tekat dan saling bahu-membahu untuk mewujudkan impian itu menjadi sebuah kenyataan. Memang tidak mudah untuk mengejar defisit 3 gol, akan tetapi hal tersebut rasanya juga bukan menjadi sebuah hal yg tidak mungkin kawan, “It’s time to show from what we are made of”

Akhir sekali, ijinkan saya untuk mengutip sebuah Quote, dari seorang tokoh besar dunia yg bernama Sir Winston Leonard Spencer Churchil atau lebih kita kenal dengan nama Winston Churchill, yg berisi demikian;

“Success consists of going from failure to failure without loss of enthusiasm”

Maka, tetaplah semangat kawan-kawan seperjuanganku. Karena kita semua masih percaya, jika;

“Indonesia Masih Bisa”

Selesai…

Selasa, 07 Desember 2010

Sebuah Janji di Tengah Malam Sunyi

Dalam paragraf terakhir salah satu artikel saya (Special treatment for special person - 2008), terdapat sebuah kalimat yg berisi demikian. “Itu adalah komitmen saya sejak pertama kali saya di beri kehormatan menggunakan seragam kebesaran merah - putih 9th lalu. Dan satu hal lagi, saya siap menerjang apapun badai yg akan menerpa saya, karena - Saya Bukan Seorang Pengecut…!!!
Pada kesempatan kali ini, saya ingin membahas sebuah kata dalam kutipan kalimat diatas, yaitu komitmen 9th yg lalu (Saat artikel tersebut saya tulis) atau 11th yg lalu (Saat saya menulis artikel ini). Sebuah peristiwa yg sejujurnya ringan, akan tetapi memberikan makna yg sangat dalam bagi pribadi saya, karir saya, cara saya berpikir serta karakter saya dalam menjalani pekerjaan sebagai pemain sepakbola..
Dan di bawah ini adalah ceritanya:
“Once, when i was young and started to play football, my bigest dream was to wear the red - white colour jersey and play for my country. And that dream remains, until now”
Sepulang bermain untuk timnas Indonesia di ajang Sea Games 1999 di Brunei Darussalam, saya menyempatkan diri pulang dan sowan pada kedua orang tua saya di Getas, Kec pabelan, Kab semarang. Saat itu, dua minggu menjelang Liga Indonesia VI di bergulir. Mengingat saya belum mempunyai klub, maka saya memutuskan untuk beristirahat dulu di kampung halaman…
Ada satu hal yg unik dalam perjalanan karir saya sebagai pemain sepakbola, hal unik yg mungkin tidak akan pernah dialami oleh pemain sepakbola lain republik ini. Yaitu, saat pertama kali saya bermain untuk tim nasional Indonesia, status saya masih sebagai pemain amatir (Belum bermain di liga Indonesia). Saat itu saya baru saja lulus dari kelas 3 IPS 2, di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Salatiga. Sebagai pemain sepakbola, saya hanya berstatus sebagai pemain dari Diklat Sepakbola Salatiga…
Saya mendapat kehormatan tersebut, karena dalam ajang piala asia usia 19th dan pra olimpiade saya tampil cukup impresif. Kebetulan saat itu, timnas U 19, timnas pra olimpiade dan timnas senior di kepalai oleh seorang pelatih yg sama, yaitu pelatih asal Jerman yg bernama Bernard schoem…
Dalam artikel saya (Diskusi via Twitter part one - 2009), saya sempat menyebutkan bahwa, salah satu hal yg paling saya sukai dari pelatih asing adalah, seorang pelatih asing selalu berani memberi kesempatan pada para pemain muda untuk unjuk kebolehan. Mereka selalu berpikir jauh ke depan dengan menyiapkan pemain-pemain muda, agar regenerasi dan keseimbangan sebuah tim terjaga dengan baik..
Dalam ajang Sea Games tersebut, banyak ilmu dan pengalaman yg saya dapat, karena saat itu saya mendapat kesempatan untuk bermain dalam satu tim bersama pemain-pemain kelas satu di negeri ini. Sebut saja Bima sakti, Widodo C Putra (assisten pelatih tim nas saat ini), Aji Santoso, Anang Ma’ruf, Nur alim, Bejo Sugiantoro, Rochy Putiray, I Komang Putra, Hendro kartiko, Ali Sunan, Uston Nawawi, Agung Setyabudhi dll (Sangat di sayangkan Kurniawan D.J tidak berada dalam tim). Ketika itu kami berhasil membawa pulang medali perunggu, setelah mengalahkan Singapura di perebutan tempat ke tiga, melalui adu pinalty..
Sepulang dari ajang Sea Games 1999 tersebut, banyak hal yg berubah dalam kehidupan sehari-hari saya. Secara pribadi sejujurnya saya merasa tidak berubah, yg berubah adalah hal-hal di sekitar diri saya. Orang-orang mulai menegur saya ketika saya tengah berjalan, mereka tersenyum ramah kepada saya, ada beberapa yg meminta tanda tangan, akan tetapi tidak banyak atau boleh dikatakan jarang yg meminta berfoto bersama, karena saat itu tehnologi yg bernama handphone belum menjamur seperti saat ini, bahkan saat itu sayapun belum mempunyai ponsel pribadi…
Ketika berlibur di kampung halaman, saya banyak mengabiskan waktu saya berkumpul bersama orang tua dan saudara-saudara saya. Tidak lupa, saya juga menyempatkan diri untuk bermain kembali dengan sahabat-sahabat sepermainan saya, baik teman sekampung, sahabat di sekolah maupun rekan-rakan saya di Diklat salatiga…
Suatu hari saya pulang larut malam, kira-kira pukul 11 malam saya sampai di rumah. Saat itu saya pulang bersama seorang teman yg bernama Wasis Budiman, seorang pemain Diklat salatiga yg berasal dari kota Rembang, boleh di katakan dia adalah sahabat saya yg paling dekat…
Jarak Salatiga dengan Getas kira-kira memakan waktu 15 menit, saat itu kami berdua mengendarai sepeda motor Honda mega pro milik ayah saya. Wasis memagang kendali kemudi, sedang saya duduk di belakang sebagai penumpang (Sekedar untuk di ketahui, saat itu saya belum bisa menaiki sepeda motor, saya baru bisa mengendarai sepeda motor di usia 29th hehehe)..
Maka selama 15 menit, kamipun memacu sepeda motor tadi dengan kencangnya membelah suasana malam yg gelap, sunyi dan sangat dingin. Perjalanan itu sendiri terasa cukup mencekam, karena untuk sampai ke desa saya, kami harus melewati hamparan sawah yg luas serta dua buah pemakaman yg sudah cukup tua. Bagi mereka yg tidak terbiasa, saya yakin rasa takut akan datang menghampiri, akan tetapi bagi kami orang-orang kampung seperti saya, suasana tadi adalah salah satu daya tarik yg malah sampai saat ini selalu ingin saya ulangi kembali…
Sesampainya dirumah, kopi panas adalah hal pertama yg kami cari. Teras depan rumah orang tua saya, kami pilih menjadi tempat untuk menikmati kopi tubruk tersebut. Beberapa pisang goreng sisa tadi sore, terasa sangat nikmat dan pas untuk menjadi teman si kopi hitam yg kental tadi…
Sambil mengunyah pisang goreng dan menyeruput kopi panas, saya dan Wasis pun berbincang bincang ringan, membahas hal-hal yg lazimnya di bahas oleh anak-anak muda seusia kami. Hal tersebut membuat kami sesekali tertawa terkekeh-kekeh di tengah kesunyian malam tersebut. Bahkan beberapa kali, petugas ronda yg kebetulan lewat di depan rumah sayapun memperingatkan kami, tentunya sembari bercanda, karena mereka adalah teman-teman saya juga..
Jam Guess palsu ditangan kanan saya sudah menunjukkan pukul 00:45 pagi saat kami berdua memutuskan untuk beristirahat. Saat berjalan memasuki rumah, saya sempat terperanjat karena melihat sesuatu yg baru di ruang tamu. Di keremangan ruangan, nampak sebuah pigura kaca besar terpasang di salah satu sudut ruangan ini. Barang ini tidak pernah ada sebelumnya, maka secara reflek sayapun berjalan menghampiri pigura tersebut..
Setelah saya perhatikan dengan seksama ternyata pigura kaca tersebut berisi jersey tim nasional yg saya kenakan di perhelatan Sea Games yg lalu. Tanpa sepengetahuan saya, ternyata ayah saya telah memesan sebuah figura untuk memajang jersey tersebut. Mungkin itu adalah ungkapan rasa bangga dari seorang ayah yg anaknya mendapat kesempatan membela negaranya..
Saat itu saya mempersilahkan Wasis untuk berangkat tidur terlebih dahulu. Agar nampak lebih jelas lampu ruang tamupun saya nyalakan, maka sekarang nampak jelas sebuah baju tim nasional berwarna merah dengan motif garis horizontal putih serta bernomor 20 di bagian dada. Bagian depan baju ini penuh dengan tanda tangan seluruh anggota squad tim nasional saat itu. Di bagian tengah, terdapat tanda tangan kapten kesebelasan saat itu, yaitu Bima Sakti beserta tulisan “Semoga Sukses buat Bambang” di bagian bawah namanya..
Itu adalah jersey pertama saya bersama tim nasional Indonesia, jersey itu memiliki nilai sejarah yg sangat tinggi dalam perjalanan karir sepakbola saya. Saya ingat, ketika pertama kali saya menunjukkan jersey tersebut kepada ayah saya, dengan semangat ayah saya langsung mengenakannya, bahkan menggunakan nya untuk bermain tenis bersama rekan-rekan sekantor beliau di sore harinya. Dengan bangganya ayah saya menceritakan setiap detail tanda tangan pemain nasional yg ada di atas jersey tersebut..
Dari raut muka ayah saya, nampak sekali jika beliau sangat bangga memakai seragam tersebut. Bahkan saya melihat, mungkin melebihi kebanggaan saya sendiri ketika mengenakannya. Terlihat sedikit norak dan kampungan memang, akan tetapi menurut pendapat saya, itulah sebuah ungkapan perasaan yg spontan dan jujur dari ayah saya..
Setelah saya perhatikan dengan seksama, ternyata pigura ini sedikit kurang simentris dalam pemasangannya, salah satu ujungnya nampak lebih tinggi dari sisi yg lain, maka dengan segera sayapun membetulkan letak pigura tersebut. Malam itu, sambil memandang jersey tersebut sayapun berjanji dalam hati. Sebuah janji yg akan selalu saya pegang, sampai saatnya nanti saya harus berhenti. Iya, sampai saatnya nanti saya harus berhenti..
Saya berjanji untuk selalu berusaha menepati dan menyanggupi setiap panggilan dari tim nasional Indonesia, apapun keadaannya. Saya akan selalu berusaha untuk datang tepat waktu, memberikan kemampuan terbaik saya, serta memberikan dedikasi tertinggi saya kepada pasukan garuda, dalam apapun kendalanya..
“Kemampuan saya mungkin akan berangsur surut seiring dengan berjalannya waktu, ketajaman saya sebagai seorang striker mungkin lambat laun akan memudar seiring dengan berkembangnya permainan sepakbola itu sendiri. Akan tetapi “TIDAK” dengan komitmen dan dedikasi saya kepada tim merah - putih. TIDAK AKAN PERNAH BERUBAH…!!!”
Di belahan dunia manapun, bermain untuk tim nasional adalah puncak dari karir seorang pesepakbola, tidak ada yg dapat memungkiri itu. Memakai jersey merah-putih adalah perpaduan antara sebuah tanggung jawab dan kebanggan yg luar biasa. Sebuah kebanggan yg tidak akan pernah dapat di nilai dengan sekedar sebuah mata uang..
Menyayikan lagu Indonesia Raya bersama puluhan ribu pendukung garuda, merupakan sebuah pengalaman yg tidak akan pernah dapat di lukiskan dengan kata-kata (Baca: Artikel ketika sebuah lagu menyadarkan saya - 2008). Saya akan selalu berusaha menghayati dan menyanyikan lagu tersebut dengan lantangnya, dalam setiap penampilan saya bersama tim nasional Indonesia. Sebuah rasa kebanggaan yg hanya akan anda pahami, ketika anda mengalaminya sendiri..
Sebagai pemain, ada sebuah prinsip yg akan selalu saya pegang dalam karir sepakbola saya. Yaitu, saya akan selalu berusaha memberikan kemampuan terbaik saya dan mensupport tim baik di atas lapangan, dari bangku cadangan maupun dari tribun penonton..
Terkadang kita harus mampu mengesampingkan ego pribadi demi keutuhan tim, karena kebutuhan tim diatas segalanya, apalagi hal tersebut menyangkut kepentingan negara. bagi saya, apapun keputusan pelatih adalah bersifat mutlak dan tidak dapat di ganggu gugat. Sebuah keputusan yg harus di hormati oleh seluruh komponen di dalam tim, karena memang begitulah cara kerja orang-orang profesional..
Saya selalu berusaha menjaga hubungan profesional secara baik dengan siapapun pelatih yg menangani saya bersama tim nasional. Dan sejujurnya, itu merupakan salah satu faktor kunci dalam keberhasilan saya bertahan selama 11 th, tampil sebanyak 81 kali dan mencetak 37 gol untuk negara yg sangat saya cintai (Sampai saat ini)..
Seperti halnya pigura kaca tersebut, yg sampai dengan saat dimana saya menulis artikel ini, masih menempel dengan kokoh di tempat yg sama dan tidak bergerak sedikitpun. Maka sampai detik ini, keyakinan, komitmen dan dedikasi saya juga tidak bergerak dan berkurang sedikitpun, tidak akan pernah berkurang kawan, sampai kapanpun. Saya tidak akan berhenti bermain untuk tim nasional, sampai suatu saat nanti, tenaga dan pikiran saya tidak dibutuhkan lagi oleh pelatih tim nasional..
“Cepat atau lambat, jersey merah - putih ini pasti akan tanggal dari badanku. Akan tetapi satu hal yg pasti, lambang garuda itu akan tetap melekat di dada kiriku, tinggal disana sampai akhir hayatku”
One faith, one flag, one mission, one heart and one love for INDONESIA..
Selesai..

Sabtu, 04 Desember 2010

Persija Bersiap ke Palembang dan Tarakan

Persija Jakarta akan bersiap untuk menjalani partai ujicoba berikutnya meresponds undangan resmi yang telah disampaikan Manajemen Sriwijaya FC kepada Manajemen Persija Jakarta yang telah diterima beberapa hari yang lalu dan rencananya partai ujicoba kali ini akan diselenggarakan di Stadion Gelora Jakabaring, Palembang pada tanggal 15 Desember 2010. Menurut informasi yang diterima jak Online dari pihak Manajemen Persija, tim akan bertolak ke Palembang pada hari Senin, 13 Desember 2010 dan akan kembali ke Jakarta pada tanggal 16 Desember 2010 satu hari setelah partai ujicoba digelar.

Tim Persija Jakarta merupakan magnet bagi sepak bola di tanah air, Setelah partai ujicoba melawan Sriwijaya FC ini, nantinya Persija Jakarta akan bersiap untuk bertolak ke kota Tarakan, Kalimantan Timur untuk memenuhi undangan dari Pemerintah Kota Tarakan dalam memeriahkan hari ulang tahun kota Tarakan yang akan menggelar pertandingan amal untuk korban Merapi dan rencananya selain Persija Jakarta akan turut pula berpartisipasi di event ini tim ISL lainnya yang diantaranya tim Arema Indonesia dan Persiba Balikpapan disamping tim local PS. Tarakan, menurut jadwal, Persija Jakarta akan mengikuti “Charity Game” ini pada tanggal 21-23 Desember 2010 dan kemungkinan hanya akan mengikuti 2 pertandingan saja untuk selanjutnya kembali ke Jakarta selama libur Natal karena akan bersiap menghadapi putaran lanjutan ISL 2010/2011 menghadapi Bontang FC di Bontang, Kalimantan Timur pada 2 Januari 2010 nanti.




Sumber : www.jakmania.org

Jumat, 03 Desember 2010

Uji Coba : Persija bantai BTN 17 - 0

Jeda kompetisi ISL dimanfaatkan dengan melakukan Ujicoba Tim Persija Jakarta melawan tim BTN yang berlangsung pada hari Kamis 2 Desember 2010 di stadion Ciracas milik Dinas Olahraga Pemda DKI yang dimenangkan oleh Persija Jakarta dengan skor sangat telak 17-0. Persija Jakarta Tampil dengan kekuatan penuh minus Pemain Timnas. Berikut Jalannya Pertandingan yang diliput langsung oleh kru Thejakmania.net
Babak Pertama
Susunan Pemain : Hendro, Nana, Ambrizal, Leo, Ismed, Syamsul, Agus Indra,  Ilham, Oktavianus, Greg, Aliyudin
  • Pertandingan baru berjalan beberapa menit Striker mungil Aliyudin membuka Pesta Gol Persija setelah berhasil memanfaatkan umpan manis dari Oktavianus menjadi sebuah Gol untuk Persija 1-0.
  • 5 Menit kemudian Greg Nwokolo yang memanfaatkan kelemahan barisan belakang pemain BTN berhasil mencetak Gol ke 2 untuk persija atas kerjasamanya dengan M.Ilham, 2-0 untuk Persija.
  • Greg kembali beraksi, kali ini kerjasamanya dengan Oktavianus brhasil membuat Persija unggul 3-0.
  • Agus Indra turut menyumbangkan Gol ke 4 untuk Persija setelah berhasil mengecoh Penjaga Gawang BTN usai kerjasamanya dengan Aliyudin.
  • Akselerasi Greg Nwokolo membuat Lini Belakang Tim BTN menjatuhkannya dikotak terlarang, Persija Mendapatkan Pinalti dan dieksekusi dengan sempurna oleh Aliyudin, 5-0 untuk Persija.
  • Agus Indra memperbesar keunggulan Persija menjadi 6-0 setelah sundulannya berhasil menembus  gawang Tim BTN usai memanfaatkan umpat dari Oktavianus melalui tendangan sudut.
  • Akselerasi Oktavianus berhasil melewati 4 Pemain belakang kemudian mengecoh kiper Tim BTN, dengan sempurna menceploskan bola sehingga membuat Persija unggul jauh menjadi 7-0.
  • Gol M.Ilham hampir mirip dengan gol Oktavianus sebelumnya, Ilham berhasil mengecoh kiper tim BTN 8-0 untuk tim berjuluk Macan Kemayoran.
  • Gol Babak Pertama ditutup oleh Aliyudin setelah bekerjasama dengan Greg Nwokolo, 9-0 untuk Persija Jakarta.
Babak ke 2
Susunan Pemain : Ronie Tri, Hasyim Kipuw, Wirya, Leo, Marzukih, Ramdhani, Oliver Makor, Agus Indra (Andry Tani), Lifki, Sansan, Sigit.
  • Pertandingan baru berjalan 1 Menit Sansan membuka keunggulan Persija dibabak ke 2 dan membuat Persija unggul 10-0.
  • Akselerasi Marzukih dari sisi Kanan lapangan berhasil membuahkan gol ke 11 untuk Persija.
  • Sansan kembali membuat The Jakmania yang hadir bersorak, golnya ke gawang tim BTN membuat Persija unggul 12 gol dari tim BTN.
  • Hal menarik diperlihatkan oleh Choach RD, Andry Tani kiper ke 3 Persija Jakarta diplot menjadi pemain tengah menggatikan Agus Indra. Akselerasinya berhasil menciptakan assist yang cantik dan diselesaikan menjadi gol oleh Ramdhani Lestaluhu yang membuat Persija unggul 13-0.
  • Beturut-turut RamdaniOliver Makor, dan Sigit berhasil membuat kieper tim BTN beturut-turut harus memungut bola dari Jaringnya yang membuat Persija unggul jauh 16-0.
  • Gol Penutup kembali dicetak oleh Oliver Makor dan membuat Persija unggul telak 17-0.