Rabu, 11 Mei 2011

Resurrecting The Champ


Penulis: bepe, 28 April 2011
Hari ini minggu 13 Maret 2011, boleh dikatakan menjadi hari cukup spesial bagi saya. Ada bebarapa hal yg membuat hari ini terasa cukup special. Beberapa kejadian yg tentu saja telah membuat hati dan perasaan saya merasa cukup gembira hari ini..

Hal yg pertama adalah, hari ini Persija Jakarta mengawali pertandingan di putaran kedua kompetisi liga Indonesia dengan kemenangan telak 5:1 melawan Persiba Balikpapan. Kedua, dalam partai kali ini akhirnya saya kembali mampu mencetak gol, setelah dalam kurun waktu kurang lebih 6 pertandingan sebelumnya tidak mampu melakukannya. Dan hal yg ketiga, hadirnya seorang sahabat lama di Stadion Utama Gelora Bung Karno, guna menyaksikan pertandingan sekaligus memberikan support kepada saya dan Persija Jakarta secara langsung..

Sahabat lama tersebut bernama Muhammad Gunawan atau akrab disapa Gugun Gondrong. Bagi sebagian besar pemain Persija Jakarta musim ini, mungkin nama Gugun Gondrong masih sedikit asing di telinga. Hal tersebut dikarenakan memang sudah cukup lama Gugun tidak lagi aktif dalam organisasi supporter kami, The Jakmania...

Namun demikian, Gugun boleh juga dikatakan sebagai salah satu pendiri dari kelompok supporter Persija yg indentik dengan warna orange bernama Jakmania. Gugun tidak lain dan tidak bukan, adalah ketua umum atau panglima pertama The Jakmania. Dan oleh karena itulah dia menjadi salah satu presiden kehormatan The Jakmania, dengan kartu anggota bernomor JM01...

Malam sebelum pertandingan, saya mendapat kabar dari Bung Ferry (assisten manager) jika Gugun akan hadir untuk mendukung kami secara langsung di stadion besok. Berita tersebut membuat saya cukup bersemangat, seketika sayapun mengusulkan agar Gugun dapat ikut dalam sesi photo bersama 11 pemain sebelum pertandingan dimulai. Jika hal tersebut terjadi, maka akan menjadi sebuah hal yg sangat emosional, baik bagi Gugun Gondrong maupun saya secara pribadi..

Akan tetapi dikarenakan satu dan lain hal, rencana tersebut urung terwujud. Gugun sendiri baru muncul menemui kami (para pemain) saat istirahat babak pertama menuju babak kedua. Saat itu saya sempat mengepalkan tangan bersama Gugun serta berphoto bersama. Hal tersebut di ikuti oleh seluruh pemain Persija lain satu-persatu..

Sepulang dari pertandingan tersebut, tiba-tiba benak saya dipenuhi dengan kenangan-kenangan masa lalu saya bersama Gugun Gondrong. Cerita-cerita lama ketika pertama kali kami saling mengenal, nongkrong bersama dan saling berbagi canda serta tawa. Banyak sekali kejadian-kejadian yg sempat saya lewati bersama sosok Gungun, dan sejujurnya tidak sedikit dari kejadian-kejadian tersebut yg cukup membekas di hati saya. Saya boleh dikatakan memang cukup dekat dengan Gugun Gondrong, bahkan salah satu jersey Persija Jakarta saat menjuarai liga Indonesia, saya berikan kepada Gugun Gondrong sebagai hadiah..

Pertama kali saya mengenal manusia penuh semangat ini adalah di tahun 1999, yaitu saat pertama kali saya bergabung dengan Persija Jakarta. Ketika itu, dia masih sangat aktif menjadi pentolan The Jakmania bersama Bung Ferry. Hal yg selalu saya ingat dari sosok Gungun adalah rambut gondrong cenderung yg awut-awutan, gaya berbicara yg nyablak, mudah bergaul, suka bercanda dan penuh semangat. Satu hal lagi, manusia satu ini selalu menyelipkan ornamen berwarna orange di setiap penampilannya, entah hanya syal, ikat pinggang, gelang ataupun ikat rambut...

Gugun adalah seorang The Jakmania sejati. Saya ingat betul ketika kami menjadi juara di musim 2000/2001, ketika itu dia dengan The Jakmania yg lain (Termasuk Bung Ferry) menceburkan diri ke kolam bundaran Hotel Indonesia, yg saat itu masih belum di renovasi. Hal tersebut membuat banyak dari mereka mengalami luka berdarah di telapak kaki, karena tanpa mereka sadari ternyata di dalam kolam tersebut banyak terdapat pipa paralon pembungkus kabel yg sudah patah atau pecah dan tajam...

Pada tahun 2000, Persija Jakarta bermain melawan Persib Bandung di Gelora Bung Karno dalam lanjutan Liga Indonesia. Saat itu bertandingan sempat di hentikan karena terjadi kerusuhan antar supporter dari kedua tim. Hal tersebut membuat polisi harus menembakkan gas air mata ke arah tribune penonton...

Tembakan gas air mata tersebut membuat penonton berhamburan turun ke lapangan karena rasa pedih di mata. Saya ingat betul ketika itu Gugun berada diantara penonton yg terkena gas air mata dan berlari tunggang langgang ke dalam lapangan untuk menyelamatkan diri. Saat itu dia berlari kearah saya sambil berurai air mata, air mata karena rasa perih akibat gas bukan karena menangis...

Sambil membungkuk memegang lutut karena rasa lelah abis berlari dari tribune penonton. Di sela-sela tarikan nafasnya yg masih tersengal-sengal, dia sempat berkata kepada saya. "Bepe lihat ini (Sambil menunjuk matanya yg sembab karena gas air mata), ini adalah bentuk pengorbanan kami dalam mendukung tim kebanggaan kami. Gue harap ini loe balas dengan kemenangan melawan Persib Bandung hari ini"...

Belum sempat saya membalas, tiba-tiba polisi datang menyerbu untuk mengeluarkan para penonton yg berada di dalam lapangan. Dan kembali berlarilah si Gugun bersama The Jakmania yg lain untuk menyelamatkan diri ke tribune sebelah lain. Pertandingan itu sendiri akhirnya mampu kami menangi dengan skor 2:1, saat itu saya menyumbang satu gol...

Pada rentang antara tahun 2000 sampai 2002, Kami (Saya dan Gugun) juga sering nongkrong bersama di kawasan Menteng, tepatnya di depan Galeri Keris Menteng, saat malam tiba. Pada masa itu kawasan tersebut belum sebagus dan serapi sekarang, saat itu kami tergabung dalam komunitas yg dikenal dengan nama Anak Nongkrong Menteng. Sebuah komunitas yg terdiri dari berbagai macam orang dari latar belakang yg sangat beragam. Tempat dimana kami berbagi cerita-cerita lucu, seru, unik serta aneh hingga nyeleneh hehehehe...

Satu lagi hal yg cukup unik, terjadi pada tahun 2007. Saat saya menerima penghargaan pemain terbaik Copa Djie Sam Soe di ballroom Hotel Mulia Jakarta. Ketika saya naik ke atas panggung untuk menerima perhargaan tersebut dan dilanjutkan dengan sedikit kata ucapan terima kasih. Di tengah keheningan para hadirin yg mendengarkan ucapan saya, tiba-tiba terdengar suara lantang dari seseorang yg membuat semua hadirin berpaling ke arah orang tersebut...

Orang tersebut adalah Gugun Gondrong, yg ketika itu dengan lantangnya menyanyikan lagu Tiup Lilinnya (Selamat Ulang Tahun), dengan lirik yg diubah menjadi "Bambang Pamungkas, Bambang Pamungkas, Bambang Pamungkas Macan Persija, Macan Persija, Macan Persija". Saat itu petugas keamanan bahkan harus meminta Gugun untuk diam, karena dianggap mengganggu kelangsungan acara tersebut...

Itulah Gugun Gondrong yg saya kenal, sebuah pribadi yg unik akan tetapi penuh dengan daya tarik. Beberapa tahun belakangan mungkin menjadi saat-saat yg sangat berat dalam kehidupan seorang Gugun Gondrong. Diawali dengan sebuah penyakit yg menyerang selaput otak bagian belakang, hingga membuat Gugun Gondrong sempat jatuh koma dalam waktu yg cukup lama...

Sebuah kebahagiaan memang sempat menyapa, dengan kembalinya Gugun sadar (Walau dengan keadaan yg masih sangat tidak stabil), serta hadirnya buah hati hasil dari pernikahannya. Akan tetapi awan tebal itu ternyata harus kembali menghampiri kehidupan Gugun. Di tengah perjuangannya dalam melawan penyakit yg menyerak otaknya, Gugun harus menerima sebuah kenyataan pahit yaitu keretakan rumah tangga yg berujung dengan perceraian...

Saat ini Gugun Gondrong mungkin tidak tampak seperti dulu lagi. Pribadi yg nyablak, mudah bergaul, suka bercanda dan energik itu mungkin sudah tidak dapat lagi kita temukan pada diri Gugun Gondrong yg sekarang. Akan tetapi satu hal yg tidak akan pernah hilang dari sosok Gugun Gondrong adalah semangat yg berkobar-kobar serta jiwa pejuang yg masih ada hingga saat ini...

"Batu karang itu memang keras, akan tetapi mampu terlubangi juga oleh tetesan air dalam jangka waktu yg lama.. Cobaan dalam hidup itu memang sangat berat, akan tetapi yakinlah jika dapat kita lewati dengan kerja keras, ketekunan, semangat pentang menyerah, keyakinan serta juga di dukung dengan doa.."

Di dalam tatapan nanar seorang Gugun Gondrong, masih tampak jelas api semangat pantang menyerah yg menggelora. Sebuah semangat yg membuat Gugun mampu tetap tegar dan bertahan dari segala permasalahan yg menimpanya hingga saat ini...

"Dengan semangat yg luar biasa serta jiwa petarung layaknya sang juara, Gugun Gondrong mampu kembali berdiri walau tidak sempurna dan sedikit terhuyung-huyung.."

Sebuah hal yg sangat mengharukan adalah, dengan semangat yg menggebu-gebu Gungun sempat menyampaikan bahwa dia ingin berjalan mengelilingi lintasan lari Gelora Bung Karno, untuk mengucapkan salam kepada seluruh Jakmania yg hadir dalam pertandingan Persija Jakarta melawan Persiba Balikpan...

Akan tetapi setelah mempertimbangkan kesehatan Gugun, hal tersebut  pada akirnya urung dilakukan. Itulah Gugun Gondrong, penyakit dan segala permasalahan itu mungkin mampu merubah raga atau penampilan luar dari seorang Gugun Gondrong. Akan tetapi satu hal yg pasti, semua itu tidak akan pernah mampu merubah jiwa Gugun Gondrong yg selalu berkobar-kobar penuh semangat layaknya seorang petarung...

"Selamat berjuang Gugun Gondrong, kami sahabat-sahabatmu akan selalu ada guna memberikan dukungan untuk kesembuhanmu secara utuh. Kita semua sangat yakin, jika pada akhirnya akan ada sebuah cahaya terang di ujung lorong gelap yg tengah engkau lalui saat ini.."

 Tetap Semangat Sahabatku..!!! Gue masih bisa liat api semangat itu di mata loe. Dan gue yakin, jika api itu kagak akan pernah padam. Loe ude ngejalanin semuanye dengan luar biasa. Pada akhirnya nanti, gue yakin loe pasti bisa ngelewatin semuanye dengan baik dan kite bisa ketawa-ketawa lagi...

"Character is who you are in the dark" - Dwight L. Moody

"And I do believe, that you are strong enough to fight back and step outside of this darkness"..

Gue sangat yakin, semangat Macan Kemayoran itu masih ada di dada, hati dan jiwa loe...!!!

"RESURRECTING THE CHAMP"

 Selesai...


Sabtu, 09 April 2011

Rojali

Judul tersebut saya ambil karena kali ini saya ingin sedikit membemberikan pendapat saya tentang rojali atau sering kita sebut Rombongan Jak Liar. Hanya supporter Persija lah yang mengetahui istilah tersebut, mereka begitu terkenal di kalangan supporter setia Persija yang tidak lain adalah Jakmania.

Mengapa mereka di sebut Rombongan Jak Liar? Entah kapan istilah itu mulai muncul dilingkungan Jakmania, saya sebagai Jakmania baru tentu saja tidak bisa menjawab kapan istilah itu mulai muncul. Yang jelas saya mengetahui kenapa / mengapa mereka di sebut Rombongan Jak Liar atau Rojali, jawabannya adalah karena
-          Mereka bukanlah anggota resmi Jakmania dan mereka hanya dianggap simpatisan oleh pengurus Jakmania beserta jajarannya
-          Karena bukan anggota Jakmania dan tidak terkoordinir maka mereka sering membuat ulah yang sering kali membuat rugi Jakmania karena nama Jakmania lah yang menjadi jelek di mata msyarakat sebab masyarakat tidak mengetahui istilah rojali
-          Mereka hanya datang ke stadion tanpa tujuan yang jelas, karena mereka hanya menyanyi – nyanyi di atap bus, berjoget di pinggir jalan, menjebol pintu masuk stadion agar bisa masuk gratis, jalan – jalan di stadion, mencari cewe, pacaran, dll.
-          Mereka sering kali membuat warga Jakarta dan sekitarnya takut dengan tingkah laku mereka, sehingga kembali nama Jakmania lah yang tercoreng oleh mereka.
-          Dan masih banyak lagi.

Dan di pertandingan terakhir kemarin pun mereka membuat ulah yang membuat pengurus Jakmania beserta jajarannya meminta maaf pada warga sekitar tempat kejadian mereka berulah. Walaupun bukan Jakmania namun mereka seringkali di perhatikan oleh pengurus Jakmania tetapi tidak jarang pula di benci oleh Jakmania beserta pengurusnya.

Di siaran Pro 2 fm bersama JakOnline malam ini saya kembali mendapat pelajaran tentang para rojali ini, yaitu kata – kata dari ketua umum Jakmaniayang tidak lain adalah Larico Ranggamone atau sering di panggil Ayah Ricoyaitu “ Jakmania sudah pasti oren tetapi oren belum tentu Jakmania”. Dan satu kata lagi dari obrolan siaran malam ini yaitu “ Oren sejati berada di dalam stadion saat Persija berlaga, bukan di luar stadion ”.

Saya tidak punya kata – kata untuk menggambarkan tingkah laku mereka tetapi saya punya pendapat atau pun himbawan bahwa “ mereka (rojali) bukan hama / musuh  yang harus kita basmi tetapi saudara yang harus kita rangkul agar menjadi Oren sejati”.

Tetap semangat mendukung tim kita bersama Persija Jakarta.
Hanya satu Persija ku, kebanggaan kita semua.
Loyalitas Tanpa Batas fo Persija Jakarta
Oren sejati takkan berhenti, Persija Sampe Mati

Sabtu, 19 Februari 2011

Jadwal Persija Jakarta di ISL Putaran ke 2 2010/1011


Berikut Jadwal Persija putaran kedua ISL 2010/2011 yang diterima Jak Online dari Manajemen Persija yang diterima malam ini, 18/2, Leg Ke-2 Akan Berlangsung Mulai tanggal 05 Maret 2011 – 19 Juni 2011,

Minggu 13-03-2011 : PERSIJA vs Persiba

Jumat 18-03-2011  : Persib vs PERSIJA

Selasa 22-03-2011 : Persijap vs PERSIJA

Minggu 03-04-2011 : PERSIJA vs Persipura

Rabu 06-04-2011 PERSIJA vs Persiwa

Minggu 10-04-2011 : Arema vs PERSIJA

Sabtu 23-04-2011 PERSIJA vs Persisam

Rabu 27-04-2011  PERSIJA vs Bontang Fc

Minggu 01-05-2011 : PERSIJA vs Semen Padang

Minggu 29-05-2011 : Sriwijaya Fc Vs PERSIJA

Minggu 05-06-2011 : PERSIJA vs Pelita Jaya

Kamis 09-06-2011 : Persela vs PERSIJA

Minggu 12-06-2011 : Deltras vs PERSIJA

Minggu 19-06-2011 : PERSIJA vs PSPS 

Yok Rame-Rame Kita Dukung Persija Jakarta.


Sumber : www.jakmania.org

Kamis, 17 Februari 2011

Jendry Pitoy Resmi ke Persija

Penjaga gawang gaek yang sebelumnya pernah menjadi penjaga gawang nasional Indonesia, Jendry Pitoy resmi bergabung ke team Persija Jakarta, rencananya penjaga gawang yang saat ini memperkuat team Perseman Manokwari Papua ini akan bergabung kedalam team Persija mulai hari Senin, 21 Februari 2011, informasi yang diterima Jak Online dari pihak manajemen Persija pada Kamis malam ini, 17/02 menyatakan untuk kontrak pemain antara Jendry Pitoy dan pihak manajemen Persija sudah tidak ada masalah, demikian juga seputar perpindahan Jendry dari Perseman ke Persija. Untuk penampilan Jendry Pitoy sendiri rasanya sudah tidak diragukan lagi mengingat sebelumnya penjaga gawang dengan tinggi 179 cm ini juga pernah membawa Persipura Jayapura menjadi Juara di ISL musim kompetisi 2008/2009.

Team Persija Jakarta sendiri memang membutuhkan penjaga gawang tambahan untuk menghadapi leg ke-2 ISL 2010/2011 mengingat satu penjaga gawang muda potensial Persija, Andry Tani telah dipanggil untuk memperkuat tim nasional Indonesia U-23 dan tidak diperkenankan untuk digunakan/dipinjam ke klub asal selama masa pemusatan latihan di Timnas, sehingga praktis Persija hanya memiliki dua penjaga gawang saja saat ini yaitu Hendro Kartiko dan Ronny Tri dan tentu saja hal ini sangat rawan apabila satu penjaga gawang terkena akumulasi kartu ataupun cidera karena praktis hanya menyisakan satu penjaga gawang yang harus bermain tanpa penjaga gawang cadangan. Kita harapkan tentunya seorang Jendry Pitoy yang saat ini berusia 30 tahun ini setelah bergabung nanti di Persija dapat segera beradaptasi dengan team dan menjadi pilar kekuatan baru disektor bawah mistar gawang team Persija Jakarta dalam merebut gelar juara di musim ini.


Kamis, 10 Februari 2011

Suporter Jangan Mempunyai Pribadi Yang Brengsek

Ditulis Oleh Abdullah Wong
Seorang Editor, Penulis, Ghost Writer, Seniman (Teater) dan Budayawan.
9 Februari 2011.
Dunia Suporter sudah ada sejak zaman Purba. Di dalam setiap hal, manusia selalu mencari dukungan. Di dunia Spartan, di Yunani atau Dunia Gladiator, masing-masing jagoan memiliki suporter yang maniak.
Ketika zaman mulai merambah ke era modern, khususnya olah raga yang di identikan sebagai soft war atau perang lembut, adalah ajang simple untuk melampiaskan segala ekspresi pemain atau pendukung. Lihat saja dalam Piala Dunia. Suporter tampil bukan sekedar mendukung tim tertentu, tetapi sudah menjadi kesadaran nasionalisme.
Sementara di indonesia, saya melihat tradisi suporter bukan murni kekuatan cinta olah raga. Tetapi lebih ke arah chaufimisme, alias persoalan primordial. Banyak pendukung atau suporter bola misalnya, lebih menekankan aspek kedaerahan mereka masing-masing. Mereka yang dari Malang, Surabaya, Bandung, dsb. Membuat Saya khawatir, olah raga bukan untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan, tetapi menjadi jurang primordial kesukuan dan kedaerahan.
Viking dan Jakmania, bicara Viking adalah bicara Bandung, bicara Jakmania adalah bicara Betawi. Keduanya memiliki kultur yang berbeda meski ada juga kesamaannya. kalau dilihat dari sejarah, sejak jaman Siliwangi, kondisi Betawi yang kemudian menjadi Jayakarta adalah hasil kemenangan Fahtahilah, yang juga tangan panjang dari Sunan Gunung Jati. Sementara Bandung memiliki sejarah kuat dalam kehinduan dan kesundaan sebagai sisa-sisa kerajaan Siliwangi. Tapi saya kira, anak-anak Viking atau Jakmania tidak melihat itu.
Mereka sama saja dengan suporter-suporter daerah lain. Cobalah lihat sejarah, para pengurus PSSI juga terkadang sangat diskriminatif kepada Persija atau Persib, kedua belah pihak ini kadang kurang diuntungkan atau satu di antaranya diuntungkan. Implikasinya jelas, yakni kecemburuan, maka akan lahir sosok suporter yang bukan hanya mendukung, tetapi menjadi  dendam dan ini berlangsung secara turun temurun.
Saya kira konsep olah raga yang kita jalani, perlu ada pembenahan, asal tahu saja, orang-orang yang datang sebagai suporter, itu datang dengan segala perasaan, di antaranya soal ketidakadilan, sistem yang tidak jelas, penghargaan yang rendah kepada atlit dan tentu saja penanganan hukum yang brengsek.
Mestinya, konsep olah raga bukan sekedar ajang kompetisi, tetapi sebagai jejaring untuk mengikat kekuatan Bangsa. di Eropa, suporter memang sangat cerdas, karena mereka juga di fasilitasi oleh nagara dan klubnya masing-masing. Ingat, fasilitas itu bukan berhenti pada kaos, konsumsi dan transportasi.
Sekedar usulan, klub-klub sepak bola di tanah air mestinya membuka kursus, latihan kerja, diklat, dan pendidikan wiraswasta kepada para pendukungnya. Bayangkan bila setiap propinsi menggelar ini dan ini sangat mungkin. Ketika mereka sudah terjaring dalam kesatuan klub yang kuat, baru kita masukkan kesadaran tentang apa yang sebenarnya sedang bertanding.
Belum lagi, perwasitan kita juga punya kontribusi dengan maraknya aksi “marah” dari para suporter. Saat di jaman Soekarno ada ungkapan, “Pejah Gesang, Nderek Bung Karno,” yang artinya kira-kira mati hidup ikut Bung Karno, itu adalah ekspresi.
Memang, gagasan mengikuti segala sesuatu yang digandrungi, punya potensi dan implikasi keimanan. jangankan anak-anak muda yang masih bau kencur, kadang orang yang sudah bangkotan saja, seringkali menuhankan para kyai, ulama tertentu, bahkan menuhankan amal ibadahnya sendiri, terkadang tanpa sadar, kita juga menuhankan diri kita sendiri, menuhankan amal, menuhankan ilmu dan seterusnya, ini yang kemudian disebut egois.
Sebagai suporter, wajar saja muncul ekspresi demikian, ini juga berlangsung pada para maniak lainnya. Bagi mereka yang akrab dengan Sepultura, Iron Maiden, Black Sabath, mungkin biasa mendengar betapa mereka sangat memuja, mereka bisa stress bahkan pingsan bila menyaksikan konser mereka karena saking mendewakannya, untuk para suporter, ekspresi yang keluar saya kira tak sepenuhnya memiliki akar kuat secara ideologis, artinya itu hanya basa basi anak-anak muda, apalagi anda lihat sendiri, kebanyakan para suporter yang sampai “nakal” begitu adalah anak-anak SMP yang lagi senengnya tawuran.
Nah, ini harus dilihat, terkadang anak ingin melebarkan sayap tawurannya, kalau selama ini tawuran antar sekolah, sekali-kali harus tawuran antar kota, antar daerah, antar propinsi. ya kira-kira begitu.
Bila bicara solusi, memang rumit. karena kita harus ke akarnya. kalau kita hanya menyelesaikan kasus per kasus, akan muncul lagi kasus yang lain, akarnya adalah bangsa ini!, Selagi bangsa ini digarap dengan brengsek, maka akan melahirkan perilaku apa pun yang brengsek, dunia kesenian yang brengsek, kebudayaan yang brengsek, olah raga yang brengsek, hingga kesadaran agama yang brengsek. Negara ini masih tidak memiliki sikap dan ketegasan terhadap persoalan yang menyuluruh.
Lihat saja dalam realitas, ketika sepak bola nasional naik daun kemarin pada piala AFF, semua tiba-tiba pada bermunculan, lalu para politisi ikut-ikutan membantu dan memberikan Kontribusi. Nah selama ini pada kemana?
Olah raga tidak cukup dengan bantuan uang dan gedung, olah raga bukan hanya sarana fisik semata. tapi manusianya!. Kita harus pastikan, yang menggarap kompetisi adalah yang jujur, yang jadi panitia yang jujur, yang jadi juri juga jujur, yang jadi koordinator lapangan juga yang jujur, termasuk bagaimana para suporter di ladeni, mereka adalah anak-anak bangsa yang butuh ekspresi, mereka adalah anak-anak negeri yang juga ingin diakui.
Mungkin sebagai solusi sederhana, para klub manapun harus menjamin para suporternya masing-masing. Dari sini kemudian setiap klub akan punya agenda tertentu untuk mengikat kesetiaan para suporter, kesetian apa? kesetiaan menjaga kehormatan KLUB. bukan kesetiaan menjaga arogansi Klub.
Bila Persija mau maju, persija harus mampu memanagemen para suporternya, menjadi pribadi yang berkarakter. Bila Viking mau oke, mereka harus memberikan penyadaran bahwa Viking adalah kehormatan, bukan kebrutalan. Siapa yang melakukan? semua!, Mulai dari pemain, manajer, investor, termasuk para pemerintah daerah masing-masing.
Aspirasi saya, Jangan kotori kemurnian dan sprotivitas olahraga dengan anarki, jangan kotori keagungan olah raga dengan ego lokal dan semangat merasa hebat sendiri, kita satu, jadilah sepak bola yang utuh, yang bulat, yang bisa dibawa siapa saja, kemana saja dan mengikuti dengan setia, kemana si pemain membawanya.
Meski saya bukan olah ragawan, saya sangat percaya bahwa pribadi bangsa yang kokoh harus dimulai dengan anak bangsa yang sehat, tentu saja jangan berhenti di kesehatan fisik semata, harus dilanjutkan pada kesehatan mental dan spiritual, saat ini mungkin banyak yang sehat fisiknya, tapi sakit jiwanya.
Terima kasih untuk upaya Anda memajukan olah raga di tanah air, Saudara pasti bisa, nikmati dan santai di manapun saudara ditempatkan. 

Jumat, 04 Februari 2011

Persija Unggul di Balikpapan

Persija Jakarta kembali memetik angka penuh saat bertandang ke markas Persiba Balikpapan dalam lanjutan Liga Super Indonesia (ISL).
Tim Macan Kemayoran berhasil menjinakkan Beruang Madu 0-1(0-0) di Stadion Persiba , Balikpapan, Rabu 2 Februari 2011. Pada laga kali ini, Persija bermain dengan ciri khasnya, bola-bola pendek dan passing antar lini yang biasa diperagakan oleh anak asuh Rahmad Darmawan.
Kondisi lapangan yang tergenang air menjadi salah satu faktor tidak berkembangnya permainan Tim Persija di babak pertama.
Persiba Balikpapan mendapat kesempatan emas di menit 29. Umpan Sultan Samma dapat diselesaikan dengan Baik oleh Robertiho, Namun masih dapat digagalkan oleh Kiper berpengalaman Hendro Kartiko.
Pada menit 34,  Hendro kembali menjadi penyelamat Macan Kemayoran setelah berhasil menghalau Tendangan keras ke ujung tiang dari Aldo Barreto.
Kedudukan 0-0 bertahan hingga turun minum.
Memasuki babak kedua, Persiba mulai kehilangan arah permainan. Situasi ini dimanfaatkan oleh Pelatih Persija Jakarta, Rahmad Darmawan  dengan Memasukkan Amrizal mengganti ELcapitano Bambang Pamungkas di menit 59 untuk terus menggedor pertahanan lawan.
Terbukti di Menit 68, Bayemi berhasil menjebol gawang Persiba Balikpapan dengan tandukan kepalanya melalui umpan dari Ismed Sofyan dan mengubah kedudukan menjadi 1-0 untuk Persija Jakarta.
Namun, menit 74, Agu Casmir Gagal Memanfaatkan umpan manis dari Ismed Sofyan didepan mulut Gawang Persiba Balikpapan.
Kedudukan ini bertahan hingga pertandingan usai.
Dengan tambahan poin sempurna ini, Persija kini berhasil menggusur Arema Indonesia di posisi tiga klasemen Liga Super Indonesia (ISL) 2010/2011. Persija kini mengoleksi 23 poin dari 12 pertandingan atau tertinggal dua poin dari Semen Padang yang menjadi runner-up. [*Toriki]
Susunan Pemain
Persiba: Galih Sudaryono, Muhammadan, Mijo Dadic, Mahrus Bachtiar, Erik Setiawan, Kim Yoong-hee (69, Asri Akbar), Trias Budi, Robertino Pugliara, Sultan Samma (Eki Nurhakim, 57′), Khairul Amri, Aldo Bareto.
Persija: Hendro Kartiko, Leo Saputra, Eric Bayemi, Emuejeraye Precious, Ismed Sofyan (M Nasuha, 88′), Toni Sucipto, Syamsul Chaerudin, Oliver Makor, Greg Nwokolo (Aliyudin, 90+), Bambang Pamungkas (Ambrizal, 46′), Agu Casmir 


Sumber : thejakmania.net

Selasa, 01 Februari 2011

Persija siapkan Greg & Syamsul dalam lanjutan LSI kontra Persiba

BALIKPAPAN-Bermodal kemenangan besar usai mencukur tamunya Persijap Jepara dengan skor 3-0 pada matchday ke-11 (29/1) di lanjutan Kompetisi Indonesia Super League (ISL), Tim Macan Kemayoran –julukan Persija Jakarta- Senin (31/1) kemarin tiba di Balikpapan.
Bertekad melanjutkan tren positif mereka sekaligus memantapkan posisi dalam persaingan empat besar klasemen sementar, Persija yang kini bertengger di peringkat empat dengan poin 20 dari 11 laga tiba dengan kekuatan penuh.
“Alhamdulillah kami tiba di Balikpapan dengan membawa 20 pemain. Semua pemain yang kami sertakan siap dimainkan saat melawan Persiba nanti,” kata Rahmad Darmawan, arsitek tim asal Ibu Kota tersebut kepada Balikpapan Pos, kemarin.
Bahkan kedatangan tim yang dimotori beberapa penggawa Timnas Merah Putih seperti Bambang Pamungkas dan M. Nasuha tersebut tidak hanya sekedar berbekal kemenangan dari Persijap saja. Tapi kedatangan mereka pun  saat menghadapi tuan rumah Persiba pada laga yang akan ditayangkan secara live oleh antv pada Rabu (2/2) pukul 16.00 Wita tersebut, kembali akan diperkuat dua pilar utama mereka yang sebelumnya sempat absen akibat aumulasi kartu kuning.
“Pada saat  menang dari Persijap beberapa waktu lalu, kami (Persija) memang tidak diperkuat dua oleh Greg Nwokolo dan Syamsul Chaerudin. Tapi sekarang keduanya sudah terbebas dari sanksi tersebut dan mereka sudah siap turun  menghadapi Persiba, karena itu mereka juga kami sertakan,” kata RD-sapaan akrab Rahmad Darmawan.
Keseriusan RD agar anak asuhnya bisa maraih hasil maksimal dalam lawatannya ke kandang Beruang Madu, meskipun baru tiba siang kemarin dan langsung menuju Hotel Pasific. Sore kemarin RD langsung menggenjot Bambang Pamungkas dan kawan-kawan pada latihan yang berlangsung di Lapangan Sudirman.
“Hanya pemulihan kondisi saja, besok pagi (hari ini.Red) kami baru akan menggelar latihan di Stadion Persiba,” kilah RD.
Pelatih yang sukses meraih trible winner bersama Sriwjaya FC tersebut tidak mau berandai-andai saat menghadapi Persiba.Menurutnya Persiba tetaplah tim kuat, terlebih jika mereka bermain dikandangnya.
“Bagaimanapun prestasi Persiba musim ini, mereka tetap tim besar yang akan lebih solid lagi saat bermain di kandang. Kami tetap respek dengan Persiba, dan kami akan tetap bermain sebaik mungkin,” tandas RD.(san)


Kamis, 20 Januari 2011

Persija Keluhkan Aroma Nonteknis di Wamena

Persija Jakarta gagal mencuri angka di kandang Persiwa Wamena. Bertandang ke Stadion Pendidikan, Wamena, Senin (17/1) malam WIT.
Laga di Wamena menjadi hantu bagi Persija. Macan Kemayoran takluk 0-2 dari tuan rumah Persiwa Wamena di Stadion Pendidikan.
Pertandingan ini merupakan awal perjalanan Persija di Papua. Pada 20 Januari mendatang, Tim asuhan Rahmad Darmawan ini akan menjalani Big Match melawan tim papan atas lainnya, Persipura Jayapura.
Dalam pertandingan lanjutan Liga Super Indonesia (LSI) di Wamena itu berlangsung dengan suhu di bawah 10-15 derajat celcius. Akibat dinginnya suhu tersebut tim ibukota ini pun terpaksa mengakui keunggulan tim tuan rumah.
Gol pembuka kemenangan Laskar Lembah Baliem –julukan Persiwa– dicetak oleh Boakay Foday Eddie di menit ke-27. Rahmad Darmawan Pelatih kepala Persija Jakarta mengklaim gol pertama Persiwa yang dicetak Boakay Foday lahir karena pelanggaran terhadap kiper Hendro Kartiko.
Selanjutnya, Ferdinand Sinaga melengkapi penderitaan Ismed Sofyan cs pada enam menit menjelang laga berakhir. Berawal dari aksi pemukulan terhadap bek Persija Amarzukih yang berujung pada gol kedua yang dilesakkan Ferdinan Sinaga.
“Wasit seharusnya tidak mengesahkan dua gol tersebut. Sebab, sebelumnya terjadi pelanggaran”. Ungkap Rahmad Darmawan.
Rahmad Darmawan juga menambahkan ”Kami tidak kecewa dengan kekalahan ini. Sebab, babak kedua kami sangat dominan. Tur Papua selalu sulit. Kami hanya menyesalkan sikap wasit yang mengesahkan dua gol tersebut, padahal sebelumnya terjadi pelanggaran” .
”Kami yakin bisa mencuri angka pada laga melawan Persipura. Permainan kami stabil, meski dihadapkan pada kelelahan fisik. Kami juga sudah merencanakan penggantian dua pemain yang dipanggil timnas U-23. Kami sudah antisipasi semuanya,” ujarnya.
Kendati kalah, hasil ini belum mempengaruhi posisi Persija di urutan tiga klasemen sementara dengan nilai 17. Sementara Persiwa terdongkrak ke urutan sembilan klasemen dengan poin 11.

Senin, 03 Januari 2011

Tetap Semangat Garudaku

Di hadapan 100 ribu pendukung merah-putih yg memadati Stadion Utama Gelora Bung Karno, air mata itu tumpah. Di saksikan oleh jutaan pasang mata yg menonton melalui layar kaca, kami kembali tersungkur. Kesedihan itu kembali menyapa, kegetiran itu kembali menghampiri, rasa pahit itu kembali harus di telan, dan kegagalan itu harus kembali kita rasakan bersama..
Beberapa pemain nampak menangis tersedu-sedu, beberapa yg lain terlihat  berkaca-kaca, sisanya nampak membuang tatapan nanar, kosong seakan tidak percaya. Sungguh sangat wajar jika mereka terlihat sangat sedih dan terpukul malam itu. Setelah mengawali gelaran piala AFF ini dengan begitu impresif dan elegan, akhirnya kami harus kembali tertunduk lesu..
Mari kita sedikit menengok ke belakang. Dengan hasil 6 kemenangan dan hanya 1 kali menelan kekalahan, ternyata kami belum juga mampu membawa pulang Trophy itu ke pangkuan ibu pertiwi. Bandingkan dengan pencapaian sang juara Malaysia, yg hanya berbekal tiga kemenangan, dua kali hasil seri dan dua kali kekalahan..
Sepakbola memang penuh misteri, terkadang hasil pertandingan tidak selamanya terlihat fair dan dapat diterima oleh akal sehat. Bagaimana tidak aneh, 3 kali kita berhadapan dengan Malaysia, dengan hasil 2 kemenangan dan 1 kekalahan, akan tetapi pada akhirnya merekalah yg keluar sebagai juara..
Aneh dan sedikit sulit di terima akal sehat bukan..?? Itulah sepakbola, Malaysia mengalami kekalahan di saat yg tepat, sedangkan kekalahan kita terjadi disaat-saat yg paling krusial dalam sebuah kejuaraan (Dan dalam skor yg juga cukup mencolok)..
Akan tetapi sekali lagi, itulah sepakbola. Sama persis dengan apa yg pernah saya sampaikan dalam artikel (Indonesia Masih Bisa: 2010), “Football is an unpredictable thing. Some results will make you shock, but that’s the thing that makes it passionate, the mystery in it”..
Sehari setelah Indonesia memastikan diri masuk final, kami sempat diundang dalam sebuah acara makan siang oleh Bpk Aburizal Barkie di kediaman beliau. Saat ramah tamah, saya sempat berbicara di depan semua yg hadir dalam acara tersebut. Dan jika saya tidak salah, acara tersebut juga di siarkan secara LIVE oleh salah satu stasiun TV swasta di negeri ini..
Ketika itu  saya berbicara demikian, “Ini bukanlah final pertama untuk kita (Indonesia), ini adalah final ke 4 setelah pada 3 final sebelumnya kita selalu gagal. Keberhasilan ini memang patut di rayakan, akan tetapi seharusnya tidak mengurangi fokus dan konsentrasi kita di 2 laga final, yg menurut saya sangat berat”..
Dan ternyata apa yg saya khawatirkan menjadi kenyataan. Kita sempat kehilangan konsentrasi pada pertandingan leg pertama di stadion Bukit Jalil. Hal tersebutlah yg mengakibatkan kita harus menerima 3 gol hanya dalam waktu kurang lebih 15 menit. Iya, bencana 15 menit yg membuat kita harus bekerja dengan sangat keras di Jakarta pada leg ke dua..
Saya kurang sependapat dengan beberapa kalangan yg menyalahkan keberadaan sinar laser di stadion Bukit Jalil, ketika itu. Iya, sinar laser tersebut memang sedikit banyak mengganggu, akan tetapi alangkah kurang bijaksana jika kita menjadikan hal tersebut sebagai alasan utama atas kekalahan kita malam itu…
Usai pertandingan, banyak sekali pengamat (Baik yg mengerti maupun yg kurang mengerti tentang sepakbola) menyalahkan para punggawa timnas yg dalam pandangan mereka bermain sangat buruk. Beberapa pemain mendapatkan sorotan yg sangat tajam dan bahkan beberapa pemain tersebut di nilai tidak pantas berseragam merah-putih..
Bagi saya pribadi, hal tersebut sungguh sangat menggelikan. Saya memang sependapat jika beberapa pemain sempat melakukan kesalahan. Akan tetapi bukankan secara keseluruhan dalam 5 pertandingan sebelumnya, mereka telah melakukan kerja yg luar biasa bagi tim ini. Apakah anda sekalian lupa akan fakta tersebut..??
“Setiap orang yg berusaha dan bekerja dengan keras, suatu saat pasti akan membuat kesalahan. Sedangkan mereka yg hanya duduk berdiam diri serta berpangku tangan, tidak akan pernah berbuat salah”
Sebagai pemimpin dari tim ini, saya tidak akan pernah membiarkan salah satu pemain tertinggal di belakang. Saya akan selalu pastikan, jika semua pemain tetap bergandengan tangan dan berjalan di garis horizontal yg sama. Seperti yg pernah saya sampaikan dalam artikel (Indonesia Masih Bisa : 2010) “Sebagai sebuah tim, kita menang bersama-sama dan sudah seharusnya kita juga kalah kalah bersama-sama”..
Dan pada akhirnya, sayalah yg akan bertanggung jawab mengenai apapun yg terjadi di dalam tim ini (Tentu di luar konteks Manager dan Pelatih kepala). Saya adalah pemain yg berbicara atas nama tim ketika konferensi pers sesaat setelah laga final digelar. Iya, saya sengaja datang dalam konferensi pers tersebut, karena itu merupakan tanggung jawab saya, sekali lagi itu merupakan tanggung jawab saya..
Saat itu, di depan seluruh wartawan baik dalam maupun luar negeri yg hadir, saya berbicara demikian:
“Awal sekali tahniah (Selamat) untuk Malaysia, yg telah berhasil memenangi gelar AFF Cup tahun ini.. Dan mengenai tim Indonesia, menurut saya tidak ada yg salah dengan tim ini, kami berhasil memenangkan pertandingan malam ini, hanya saja kami tidak mampu untuk menjadi juara.. Terima kasih atas dukungan dari semua pihak yg terkait dan selamat malam”
Diantara seluruh punggawa merah-putih, mungkin saya adalah pemain yg paling terpukul dengan kegagalan tersebut. Ini merupakan kegagalan saya untuk yg kesekian kalinya, pertandingan melawan Malaysia di final itu sendiri, adalah penampilan saya ke 86 untuk merah-putih dalam kurun waktu 11 tahun, 5 bulan, 3 minggu dan 5 hari (Tanpa ada satupun gelar tim penting yg mampu saya raih). Dan mungkin, pertandingan tersebut juga akan menjadi penampilan saya yg terakhir untuk Indonesia (Semoga saja tidak)..
Sejujurnya malam itu saya ingin menangis, akan tetapi hati kecil saya mengatakan “JANGAN”. Sebagai pemain senior, tentu saya bertanggung jawab untuk membesarkan hati seluruh punggawa tim ini. Saya harus tetap memelihara keyakinan seluruh pemain, jika masih ada hari esok. Saya harus tetap memberi semangat kepada mereka, jika kegagalan ini bukanlah akhir dari segalanya. Saat itu, saya berusaha sebisa mungkin untuk terlihat tegar, walaupun sejujurnya hati saya juga retak..
Saya menepuk pundak Hamka, Maman, Markus, Nasuha, Zulkifli, Christian, Bustomi dan beberapa pemain yg lain sambil berkata, “Hey,, kita sudah melakukan yg terbaik kawan, tidak ada yg perlu di sesalkan’. Saya juga sempat memeluk Irfan Bachdim yg tengah menangis dan berkata, “It’s ok Irfan, maybe next time bro, maybe next time”. Saya juga menghampiri Arif Suyono yg nampak menangis tersedu-sedu di ujung bangku cadangan sembari berbisik, “Isin rek ketok no TV nangismu hehehe” (Malu ah loe nangis keliatan di TV itu hehehe)..
Tidak lupa, saya juga membesarkan hati Firman Utina, yg tengah merasa sangat bersalah dengan kegagalannya dalam menuntaskan tendangan 12 pas malam itu. Ketika itu saya berkata “Terlepas dari kegagalan pinalti tadi, loe udah nglakuin tugas yg luar biasa buat tim ini Man. Siapapun bisa gagal pinalti sob, gue juga sering. Loe pantes jadi pemain terbaik AFF kali ini Man, Selamat..!!”..
Saya berkewajiban membesarkan hati seluruh pemain yg sebagian besar masih berusia muda, karena mereka masih mempunyai masa depan yg sangat panjang. Di depan mereka, sudah menunggu sebuah tanggung jawab yg juga tidak kalah besar  di event-event berikutnya di antarnya Sea Games, Pra Olimpiade maupun Penyisihan Piala Dunia yg akan di helat dalam waktu dekat..
Kekalahan ini memang sangat menyakitkan, akan tetapi tidak seharusnya hal tersebut diratapi dengan terlalu berlebihan. Kegagalan ini memang menyisakan kepedihan, akan tetapi hal itu jangan sampai memadamkan semangat dan mimpi kita bersama, untuk memajukan persepakbolaan negeri ini..
Karena, keyakinan itu hendaknya harus tetap ada di hati kita semua. Semangat itu harus tetap menggelora di jiwa kita bersama. Sehingga sudah seharusnya, jika kita tetap berteriak dengan lantang:
“Tetap Semangat Garudaku…!!!”
Selesai…